PRAMUGARI
LION AIR YANG SELAMAT DALAM KECELAKAAN SOLO 30 NOVEMBER 2004
Tubuh Laura Lazarus (24)
pernah dikumpulkan bersama jenazah. Korban musibah pesawat Lion Air di bandara
Adi Sumarmo, Solo 30 November 2004. Rintihannya sayup-sayup terdengar. Mengagetkan
petugas yang merapikan korban tewas.
Laura kecil hidup dalam
keluarga sangat sederhana. Ayahnya tertimpa masalah pekerjaan. Rumah pun dijual
untuk menutup hutang. Peristiwa pahit itu menimbulkan rentetan panjang masalah
keluarga. Setelah menumpang di rumah Oma, mereka mendirikan rumah di atas bekas
kuburan anjing, 2x40 m. Pindah dari kontrakan satu ke kontrakan yang lain di
lingkungan kumuh di Jakarta Barat.
Masalah ekonomi kerap
memicu pertengkaran orangtuanya. Laura dan Dewi, adiknya menjadi sasaran
kemarahan mereka. “Bisa bayangkan, kami berempat pernah tinggal di rumah papan
ukuran 3x4m. Karena sempit, kaki atau kepala kami melewati pintu rumah yang
dibuka. Semua orang yang lewat lihat kami…” kata Laura yang saat wawancara
didampingi Dewi, adiknya di sebuah mal di daerah Kelapa Gading, Jakarta.
Makan adalah persoalan
hampir setiap hari. Satu kali saat makan tiba, hanya ada seribu rupiah. Ibunya
menyuruh Dewi membeli terong. “Mama membuat sambal, kami makan dengan sangat
lahap. Enaknya masih kebayang…,” ujar Dewi terkekeh.
Syukur, Ibunya seorang
pekerja keras. Selalu berjuang agar mereka bisa makan dan kedua anaknya tetap
bersekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Laura kerap membantu, menyunggi
tampah atau penampi berisi donat buatan ibunya, membawanya ke warung.
Urusan sekolah menjadi
persoalan tersendiri bagi Laura dan Dewi. Mereka sering menahan malu di hadapan
teman-teman sekolahnya. Ditegur atau dipanggil guru karena menunggak uang
sekolah atau belum melunasi kewajiban lain. Satu kali, karena tidak punya
sepatu hitam, Dewi mewarnai sepatu putihnya dengan spidol hitam. Dewi pakai
sepatu kreasinya ke sekolah. Namun tak disangka hujan turun, sepatu basah,
spidol itu luntur.
Di tengah-tengah
kesulitan, datang pertolongan. Om Andre membantu biaya sekolah dan Om Hilton,
menebus ijazah. Keduanya adalah adik ayahnya yang kerap membantu Laura dan
Dewi. “Bahkan Om Hilton menawari membiayai kuliah. Namun tekadku waktu itu,
setelah lulus, aku bekerja,” kenang kelahiran Jakarta 25 Maret 1985, anak pertama
dari dua bersaudara pasangan Jhon Lim dan Fanny.
Cita-cita Laura tak
pernah berubah. Saat ia masih kanak, wajah, penampilan dan gaya pramugari
melekat erat dalam pikirannya. Terpatri di hati kecilnya yang paling dalam. Ia
senyum-senyum sendiri tatkala membayangkan berseragam rapi, menenteng koper,
berjalan anggun…Oh…cantiknya! Rasa bangga berjingkat-jingkat di hati yang kerap
terluka dengan keruwetan persoalan orangtua. Pramugari yang pernah ia dengar,
banyak uang, pintar dan bisa keliling dunia. Ahai…keliling dunia….keliling
dunia. Wow!
Tak dapat ditunda.
Inilah saatnya, pikir Laura. Tapi bagaimana caranya? Titik terang datang juga….
“Anak ibu datang saja bawa lamaran ke perusahaan penerbangan itu,” kata salah
seorang pelanggan kue bikinan Fanny.
Hati Laura benar-benar
berdebar. Badan ditimbang dan diukur tingginya. Para pelamar berjajar menghadap
para penyeleksi. “Kami sarankan datang kembali dua tahun lagi…,” kata penerima
CV Laura. Yah..usianya belum memenuhi syarat. Ia belum cukup umur, baru 16
tahun. Mama yang mendampinginya memberi penghiburan, “ Jangan sedih…dua tahun
kembali.” Laura terhibur…, pramugari! Beberapa bulan kemudian, Laura mencoba di
perusahaan penerbangan yang berbeda. Hasilnya sama, ditolak karena umur.
Tak mau menganggur,
Laura melamar pekerjaan dan diterima menjadi staf administrasi bagian gudang.
Pekerjaan yang membosankan bagi Laura. Penantian yang panjang menjadi
pramugari.
Menjadi
Pramugari
Juli 2003. Ditemani
ibunya, Laura kembali melamar menjadi pramugari. Kali ini Laura tersandung
kelebihan berat badan. Oh, baginya tak masalah. Ia akan berjuang menurunkannya.
Pasti bisa! Beberapa bulan kemudian, ia kembali datang ke perusahaan
penerbangan swasta yang sama, Lion Air. Interview dilakukan beberapa tahap. Laura
diminta mengikuti training! Wah…senangnya bukan main.
Training yang cukup
berat dilakukan selama tiga bulan. Mengenal semua jenis pesawat, cara
menggunakan semua peralatan dalam kabin, prosedur keselamatan penumpang menjadi
porsi utama sampai cara menghadapi itikad penumpang yang tidak baik.
Mengevakuasi penumpang kalau terjadi kecelakaan. Pokoknya harus terlebih dulu
menyelamatkan penumpang daripada diri sendiri. Instruktur menjelaskan sederetan
sanksi yang akan menjerat bila melakukan pelanggaran.
Semua terbayang dengan
jelas pertama kali menyeret koper keluar dari gang sempit rumahnya. Dan
terbang. Menerima gaji dan berbagai tunjangan dari hasil pekerjaannya. Makan
dan tidur di hotel berbintang sesampai di kota dan negara tujuan. Gaya hidup
Laura berubah. Ia bisa membeli baju merk branded dan sepatu tiga pasang
sekaligus. “Sering sekali barang yang dibeli tak terpakai…hanya ditumpuk di
rumah. Karena yang dibeli keinginan bukan kebutuhan,” sesal Laura.
Kecelakaan
Itu
30 November 2004 Laura
mendapat tugas rute Jakarta-Solo. Sudah beberapa hari sebelumnya perasaannya
tak nyaman. Sampai di bandara, bergegas menuju flops, melihat nama crew yang
bertugas hari itu. Hati Laura senang, Dessy, dijadwalkan pada penerbangan yang
sama. Namun hari itu sikap Dessy tak biasa. Sahabat yang bawel ini terlihat
pendiam. Laura tak ingin mengusik teman seperjuangan dalam musibah di
Palembang. Pesawat mendarat melewati batas landasan pacu. Pesawat berhenti
sejauh 50 meter dari bentangan kabel tegangan tinggi setelah roda ambles
sedalam 50 cm ke dalam tanah. Seluruh crew bekerja keras. Mengevakuasi mereka
sesuai prosedur. Syukurlah, tak ada korban meninggal dalam peristiwa itu.
Penerbangan sore, Lion
JT 538 mengudara. Cuaca sangat buruk. Guncangan dan hentakan berulangkali.
Perasaan Laura makin tak enak. Awak kabin memberi pengumuman agar para
penumpang tetap menggunakan sabuk pengaman. “Para penumpang yang terhormat,
kita sedang terbang dalam cuaca kurang baik….” disusul suara Captain. “Prepare
for arrival”. Hitungan menit pesawat akan segera mendarat di bandara Adi
Sumarmo 18.14 WIB. Sungguh langit Solo kelam.
Detik mengejar detik
berikutnya. Dan peristiwa mengerikan itu terjadi. Badan pesawat terhempas.
Menimbulkan suara yang keras. Awak dan penumpang histeris. Jeritan pilu, erangan,
rintihan kesakitan beradu dari segala arah. Tubuh Laura dihantam dan tertindih
berbagai benda keras. Bau anyir pekat mengumpul di hidungnya. Kepala Laura
terasa sangat berat.
Tubuh
“Rusak” Berat
Tak lama kemudian dengan
cepat orang bisa melihat peristiwa mengenaskan. Karena ada penumpang seorang
reporter dan kameraman televisi swasta, korban selamat yang merekam peritiwa
itu.
Menurut investigasi
Komite Nasional Keselamatan Transportasi pesawat mengalami hydroplaning.
Hilangnya efektivitas pengereman saat mendarat. Akibat¬nya pesawat melaju
hingga menabrak landasan pacu. Sebagian badan pesawat nyungsep di kuburan yang
tak jauh dari bandara. Korban tewas 34 orang!
“Ini ada
kenang-kenangannya,” ungkap Laura yang kini mengelola usaha restoran Cobek Babe
di daerah Kelapa Gading ini. Laura menunjukkan pipi sebelah kanan bekas jahitan
dan kaki yang bergumpal-gumpal bekas 17 kali operasi. Daging paha Laura
dicangkokkan ke betis kanan yang hilang. Pinggangnya patah. Daging pipi kanan
tercabik dan tulangnya remuk. Dalam peristiwa itu Laura banyak kehilangan teman
kerjanya, termasuk Dessy.
Mengalami
Pemulihan
Laura sangat bersyukur
masih diberi hidup. Pastilah ada rencana Tuhan baginya. Kesempatan kehidupan
yang tak boleh sedikit pun ia sia-siakan. Beberapa media cetak dan elektronik
menulis dan menayangkan kesaksiannya. Ia juga menulis kisahnya dalam buku
Unbroken Wings.
Lewat peristiwa itu,
Laura mengenal Tuhan secara pribadi, keluarga dipulihkan. Dan tak lama lagi ia
bersaksi lewat lagu yang akan ia nyanyikan. Terbanglah Laura. Terbang dengan
sayap yang tak akan pernah patah
saudara juga bisa lihat langsung video
kesaksianya..... silahkan tekan tombol play pada video berikut..... dan saudara
bisa menyaksikanya dengan langsung,,,,,,,
sumber : capttegar
pengkhotbah3:11
BalasHapusIa membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
It's hard tо come by educated peoρle оn tҺis topic, however,
BalasHapusyoս sound like you know what you'гe talking abօut!
Thanks
Also visit my web site; Beachbody Derm Exclusive review
It's gеnuinely νery difficult in this aсtive life to listen news on TV, so I only use world wide web for that reason, and obtain the
BalasHapusmost up-to-Ԁate information.
Here is my site does beachbody derm exclusive work
I've been еxploring for a little bit for any high-quality articles or weblog posts on this sort of aгea .
BalasHapusExplorіng in Yahoo I սltimately stumbled upon this website.
Reading this infοrmation Sօ i'm happy to exhibit
that I have an incredibly goօd uncanny feeling I came upon just what I needed.
I sսch a lot іndisputably will make certain to do
not forget this wеb site and provides it a glance regularly.
Here is my blog bistro md free shipping discount