AYAT BACAAN (MAT
13:31-35)``
Lalu kata Yesus,
“Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan
mengumpamakannya? Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang diambil dan ditaburkan
orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung
bersarang pada cabang-cabangnya.” Ia berkata lagi, “Dengan apakah Aku
akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Kerajaan itu seumpama ragi yang diambil
seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh
liter sampai mengembang seluruhnya” (Luk 13:18-21).
Apabila
digunakan oleh seorang guru yang baik, maka perumpamaan-perumpamaan dapat
menjadi sarana yang berguna untuk menghasilkan pemikiran dan refleksi.
Melalui gambaran yang kaya namun sederhana, sebuah perumpamaan menantang para
pendengarnya untuk memahami sebuah pokok-masalah pada tingkat yang
berbeda-beda. Yesus seringkali menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk
memperluas pemahaman para murid-Nya tentang kerajaan Allah.
INILAH ARTI
PERUMPAMAAN ITU:
BIJI SESAWI
Apa maksudnya
hal tersebut? Tuhan Yesus selalu berbicara lewat perumpamaan, bagi mereka yang
tahu firman Allah tidak akan ada masalah untuk memahaminya. Kerajaan Surga atau
Kerajaan Allah seperti halnya biji sesawi yang diambil oleh seseorang dan
ditaburkan di ladang. Ini yang kita perlu pelajari mengenai arti hidup sebagai
orang Kristen, warga negara kerajaan Sorga. Kerajaan itu dimulai dari ukuran
yang kecil, yang sederhana.” Kekristenan dimulai di kandang. Murid-murid Yesus
juga adalah orang-orang yang sangat sederhana nelayan, pemungut pajak,
pelacur. Sampai pada saat Tuhan Yesus naik ke Sorga pun hanya ada 120 orang
percaya. Kecil sekali.
Akan tetapi dari
permulaan yang kecil ini, ada perkembangan terus menjadi besar. Dan justru
melalui dari hal-hal yang kecil tersebut, sesungguhnya pekerjaan Tuhan yang
besar dinyatakan. Di bagian lain di Matius juga ada tertulis, “…sekiranya kamu
mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini:
Pindah dari tempat ini ke sana, - maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada
yang mustahil bagimu.” (Mat 17:20) Ini ingin menegaskan bahwa memang
kekristenan dimulai dari hal-hal yang sederhana, yang kecil, yang kelihatannya
tidak berarti sama sekali. Akan tetapi begitu biji itu ditanam, dia akan terus
bertumbuh.
Ada sebuah
alasan yang sangat bagus kenapa Tuhan membicarakan biji-bijian di dalam banyak
perumpamaan. Hal itu karena benih merupakan suatu hal yang indah, dan semakin
anda memahami ajaran Tuhan mengenai benih, maka anda akan semakin memahami
seluruh ajaran kitab suci mengenai keselamatan.
Ketika sebuah
benih ditaburkan ke tanah, maka benih itu akan mati atau hancur. Lalu benih itu
bertunas dan tubuh benih itu akan hancur sebelum ia tumbuh kembali. Itu
menunjukkan gambaran secara lengkap tentang kematian dan kebangkitan. Secara
harfiah hidup baru muncul dari penguburan, kematian dan kebangkitan suatu
benih. Tuhan Yesus berfirman bahwa kerajaan Allah seperti halnya sebuah benih
-sekecil biji sesawi- yang ditabur ke atas tanah, yang hilang dari pandangan
mata, mati dan kemudian bangkit menjadi kehidupan baru. Sama halnya dengan cara
Tuhan mati, dikubur, dan seolah-olah Dia hilang selamanya. Namun Dia bangkit ke
dalam hidup baru. Lalu apa yang terjadi? Ketika biji tersebut bangkit menjadi
kehidupan baru, maka ia akan menghasilkan sejumlah biji-bijian baru. Inilah
ajaran Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:24:
Butir-butiran
gandum menghasilkan sejumlah biji-bijian baru yang melewati proses kematian
lalu kebangkitan. Yang terjadi ialah sebuah benih jatuh ke dalam tanah dan
menghasilkan sejumlah besar gandum atau biji-bijian baru, dan biji-bijian baru
tersebut ditabur kembali untuk menghasilkan bijian yang lainnya. Begitu
seterusnya. Melalui proses kematian muncul kehidupan baru. Sama seperti Tuhan
Yesus, lewat kematian dan kebangkitan-Nya, Gereja lahir.
Banyak orang
yang mengajar Injil akan berhenti pada tingkatan tersebut - yakni bahwa mereka
telah memperoleh hidup baru melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Jika kita
memeriksa secara saksama Yohanes 12:24-25, kita akan mengerti maksud Tuhan.
Setelah berbicara tentang biji - bijian pada ayat 24, Tuhan berfirman:
"Barang siapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi
barang siapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini ia akan memeliharanya untuk
hidup kekal" ( ayat 25). Jika kita tidak menjadi benih dan pergi ke dunia
dan hidup bagi Kristus, bahkan kalau perlu mati bagi Dia, kita tidak akan bisa
memperoleh kepenuhan hidup di dalam Dia. Jika kita mencoba menyelamatkan nyawa
dengan berpegang kepada hidup kita, maka kita akan kehilangan nyawa kita. Jika
kita mempunyai butiran gandum namun tidak menanamnya, maka tidak akan terjadi
apa - apa. Jika kita menyia-nyiakannya, benih tersebut akan lapuk dan mati.
Namun jika kita mengambil butiran ini tanpa menunggunya lapuk dan mati, atau
bahkan dimakan serangga atau cacing, tapi kita menanamnya di tanah maka benih
tersebut akan menghasilkan kehidupan baru.
Seringkali kita
lihat di kehidupan ini hal sangat kecil ada Firman Tuhan ditanam, sama
seperti Ketika saya masih kuliah,
seseorang yang membawa saya bertobat adalah kakak angaktan saya yang orangny
kelihatan biasa-biasa saja. Dia yang selalu rajin menjemput saya dengan sepeda
motor untuk pergi ke gereja. Padahal dari rumah dia ke gereja lebih dekat, tapi
dia sengaja berputar arah untuk menjemput saya. Perbuatan yang sangat sederhana
akan tetapi membawa perubahan hidup yang sangat besar bagi hidup seseorang.
RAGI
Apabila kita
pelajari lebih lanjut lagi tentang ragi, maka kita menemukan bahwa ragi – benda
yang Tuhan Yesus pakai di sini – memiliki reputasi yang buruk. Seringkali
dipakai dalam bentuk “ragi orang Farisi”, yang artinya ajaran orang Farisi yang
salah. Akan tetapi di sini Yesus mengatakan bahwa hal Kerajaan Sorga itu
seumpama ragi. Pernyataan ini benar adanya karena ini memang adalah anggapan
orang-orang Yahudi terhormat terhadap diri Yesus beserta pengikut-pengikut-Nya.
Dianggap remeh. Tidak berarti. Akan tetapi diingatkan sekali lagi, inilah
pekerjaan Tuhan. Tuhan memakai hal-hal yang remeh dan dibuang oleh masyarakat
untuk mempengaruhi hidup mereka dan hidup masyarakat. Inilah hal Kerajaan
Sorga. Tuhan memakai mereka yang dianggap kecil, akan tetapi memiliki
persekutuan yang kuat dengan-Nya, dan Dia memakai mereka keluar – diutus untuk
memberi pengaruh bagi dunia ini.