BERSATU DALAMKASIH YESUS

Jumat, 10 Agustus 2012

GARAM DAN TERANG DUNIA



AYAT BACAAN: Matius 5:13-16

Kata-kata ini akan mendorong dan menyokong mereka (murid-murid atau pengikut-pengikut Yesus Kristus) saat mengalami penderitaan, agar – sekalipun diperlakukan hina, mereka harus tetap menjadi pembawa berkat bagi dunia, teristimewa ketika sedang di tengah-tengah penderitaan. Para rasul adalah garam bagi seluruh bumi, sebab mereka harus ”pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil”. Tampaknya mereka berkecil hati karena jumlah mereka begitu sedikit dan lemah. Apa yang mampu mereka lakukan di kawasan yang begitu luas seperti ”seluruh muka bumi ini”? Tidak ada. Jika mereka harus bekerja dengan menggunakan kekuatan senjata dan pedang semata. Namun, dengan bekerja tanpa suara seperti garam, maka segenggam garam itu akan menyebarkan rasanya ke mana-mana, menjangkau daerah yang luas, dan bekerja tanpa terasa dan tanpa penolakan.

GARAM

Pemberitaan Injil itu seperti ”garam”, yang menembus, ”cepat dan sangat kuat” (Ibr. 4:12); menjangkau hati (Kisah 2:37); membersihkan, mengharumkan, dan mengawetkan supaya tidak busuk. Kita membaca mengenai ”keharuman pengenalan akan Kristus” (2Kor. 2:14), sebab selain pengenalan akan Kristus, pengetahuan lainnya hanyalah hambar saja rasanya. Perjanjian yang kekal disebut ”perjanjian garam” (Bil. 18:19), dan Injil itu sendiri adalah Injil yang kekal. Garam merupakan syarat dalam semua korban persembahan (Im. 2:13), juga dalam Bait Suci Yehezkiel (Yeh. 43:24). Sekarang, setelah belajar sendiri tentang pengajaran Injil dan diutus untuk mengajarkannya kepada orang lain, murid-murid Yesus Kristus menjadi seperti garam.
Jika mereka berlaku seperti seharusnya, mereka seperti ”garam yang baik”, putih bersih, halus, dan dihancurkan menjadi butir-butir, namun sangat berguna dan diperlukan. ”Tanpa garam, hidup manusia tidak dapat dipertahankan. Seperti apa mereka seharusnya dalam diri mereka – diasinkan dengan Injil, dengan garam anugerah. Segala pikiran dan perasaan, perkataan serta perbuatan, semuanya harus diasinkan dengan anugerah (Kol. 4:6). ”Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu,” sebab jikalau tidak, kamu tidak akan dapat menyebarkannya ke orang lain (Mark. 9:50). Seperti apa mereka seharusnya bagi orang lain. Mereka bukan saja harus menjadi baik, tetapi juga ”berbuat” baik. Mereka harus dapat membuat diri mereka diterima dalam pikiran orang-orang, bukan untuk melayani minat duniawi diri sendiri, tetapi agar orang-orang lain itu dapat diubah sesuai dengan rasa dan selera Injil. Betapa mereka menjadi berkat yang luar biasa bagi dunia. Umat manusia, yang tinggal dalam kebodohan dan kejahatan, bagaikan sebuah tumpukan besar sampah yang menjijikkan dan siap membusuk. Namun, Kristus mengutus murid-muridNya, agar melalui kehidupan dan pengajaran mereka, dapat menggarami tumpukan itu dengan pengetahuan dan anugerah, supaya dapat diubahkan menjadi layak di hadapan Allah, para malaekat, dan semua yang menyukai hal-hal sorgawi. Bagaimana mereka akan digunakan. Mereka tidak boleh ada dalam suatu tumpukan, tidak boleh terus-menerus bersama-sama di satu tempat, melainkan harus menyebar seperti garam yang ditabur di atas daging. Mereka harus tersebar ke seluruh penjuru, supaya di mana pun mereka tinggal, mereka dapat meneruskan keharuman Injil itu. 

TERANG
Semua orang Kristen adalah ”terang di dalam Tuhan” (Efesus 5:8), dan harus ”bercahaya seperti bintang-bintang” (Fil. 2:15), namun melayani dengan cara yang istimewa. Yesus Kristus menyebut diriNya ”terang dunia” (Yoh. 8:12), sedangkan murid-muridNya adalah ”teman-teman sekerja” dan menerima sebagian kehormatanNya. Sesungguhnya ”terang itu manis” dan disambut kehadirannya. 
Terang pada hari pertama penciptaan dunia seperti itu, ketika ”dari dalam gelap terbit terang”. Begitu pula halnya dengan terang fajar setiap hari. Demikian halnya juga dengan Injil, dan orang-orang yang menyebarkannya kepada semua orang yang mau mendengar. Dunia ”diam dalam kegelapan”, dan Kristus membangunkan murid-muridNya untuk bersinar di dalamnya, dan supaya dapat melakukannya, mereka meminjam dan mendapatkan terang itu dariNya.
Bagaimana terang kita harus bercahaya – dengan melakukan ”perbuatan-perbuatan baik” yang dapat dilihat dan diakui orang. Kita harus melakukan perbuatan baik ”supaya dapat dilihat” untuk menjadi kebaikan bagi orang lain, dan bukan ”supaya dapat dilihat” untuk mendatangkan pujian bagi diri sendiri. Orang-orang di sekitar kita bukan saja harus mendengar perkataan baik kita, melainkan juga harus dapat ”melihat” perbuatan baik kita, supaya dengan demikian mereka dapat diyakinkan bahwa agama bukanlah sekadar nama saja, dan bahwa bukan saja kita mengakuinya, tetapi juga tinggal di bawah kuasanya. 

KESIMPULAN
Hari ini aku mengajak teman-teman untuk mendengar ajaran Yesus yang mengatakan bahwa kita semua adalah garam dan terang dunia. "Kamu adalah garam dunia...Kamu adalah terang dunia." (Mat 5: 13-16). Sungguh benar bahwa kita memiliki semua kapasitas untuk berperan sebagai garam, untuk menjadi terang. Kata-kata kita bisa menjadi seumpama sebilah obor di malam kelam. Perhatian dan cinta kita bisa menjadi seakan garam yang mengawetkan, sebagai garam yang membuat hidup nampak lebih indah. Dengan menjadi garam dan terang kita bisa menyatukan diri dengan Santu Fransiskus dan berdoa; "Tuhan, di mana ada kebencian, jadikanlah aku penabur cinta; Di mana ada pertentangan, jadikanlah aku pembawa damai; Di mana ada kegelapan jadikanlah aku pembawa terang."

Namun kita sendiri kadang kala juga merasa diri hanyut terbawa kelemahan diri. Kita mungkin menemukan bahwa diri sendiri tak mampu menjadi sebilah obor. Kita menemukan diri berada dalam kegelapan. Di lain kesempatan, kita mungkin menemukan bahwa hidup kita seakan begitu tawar lebih tawar dari air yang mengaliri sungai Ciliwung. Kita mungkin juga mendengar begitu banyak orang lain memberikan julukan tertentu yang membuat kita kehilangan selera hidup. Kita dihadapkan dengan berbagai penilaian dan kritik yang mungkin tak sesuai dengan kenyataan.

Kendati demikian, hendaknya kita ingat bahwa kita tak harus menjadikan gambaran yang diberikan orang lain tentang diri kita sebagai kenyataan dari diri kita. Kita tidak dilemahkan oleh kritik atau penilaian orang lain. Tetapi menjadikan semuanya itu sebagai dorongan untuk maju, sebagai cambuk agar kita lebih bersungguh-sungguh bersinar sebagai terang di malam kelam, dan lebih bersungguh-sungguh berperan sebagai garam yang mengawetkan, garam yang menjadikan dunia sekitar kita lebih enak dan sedap. Enak dan sedap di mata manusia maupun di mata Tuhan. Amen!


Comments
1 Comments

1 komentar:

Jika saudara merasa diberkati silahkan tinggalkan pesan.....
dan jangan lupa jempolnya ok ...... :)

 

KASIH YESUS Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template